Minggu, 01 Juni 2008

Teori X dan Teori Y


Teori X dan Y dikembangkan oleh Douglas McGregor. Dalam teori X, manusia dilihat dari sudut pandang negatif (negative thinking). Sedangkan dalam teori Y, manusia dilihat dari sudut pandang positif (positve thinking). Menurut McGregor, para manajer memiliki asumsi, yaitu cenderung positive atau negative thinking terhadap karyawan.
Teori X (pandangan negatif):
  • Orang tidak suka bekerja (malas), dan berusaha menghindari pekerjaan.
  • Manajer harus mengendalikan, mengarahkan, memaksa, dan mengancam karyawan agar karyawan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
  • Orang cenderung suka diarahkan, menghindari tanggung jawab, menginginkan keamanan (risk avoider), dan tidak terlalu berambisi.

Teori Y (pandangan positif):

  • Orang tidak secara alami membenci pekerjaan, namun pekerjaan merupakan bagian dari hidup.
  • Orang secara internal termotivasi untuk mencapai suatu tujuan yang menjadi tanggungjawab bersama.
  • Orang secara sukarela mengikatkan diri pada tujuan bersama dan akan menerima penghargaan apabila tujuan tersebut tercapai.
  • Orang memiliki kapasitas untuk berinovasi dalam memecahkan masalah organisasi.
  • Orang pada dasarnya memiliki kecerdasan, namun seringkali organisasi tidak memanfaatkan kelebihan karyawan secara optimal.

Apabila dikaitkan dengan teori yang dikembangkan Maslow, maka teori X (pandangan negatif) cenderung lebih dekat dengan lower-order needs. Sedangkan teori Y (pandangan positif) cenderung lebih dekat dengan higher-order needs.

McGregor sendiri menilai bahwa teori Y lebih valid dibanding teori X. Berarti McGregor memberikan saran bahwa para manajer sebaiknya miliki paradigma positive thinking terhadap karyawan. McGregor menyarankan pengambilan keputusan yang bersifat partisipasif, pemberian tanggung jawab dan tantangan kepada karyawan, serta hubungan kelompok yang baik (teamwork) untuk maksimisasi motivasi kerja karyawan.

Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori hirarki kebutuhan dikembangkan oleh Abraham Maslow. Sampai saat ini teori yang dikembangkan Maslow masih menjadi materi “wajib” yang diberikan sebagai materi perkuliahan, baik untuk manajemen SDM maupun psikologi.

Menurut Maslow, terdapat lima hirarki kebutuhan manusia, yaitu:
  1. Physiological (Fisiologi). Physiological needs atau kebutuhan fisiologi seringkali disebut sebagai basic needs atau kebutuhan dasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan fisiologi berada pada tataran paling rendah dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologi antara lain meliputi sandang, pangan, papan dan kebutuhan biologis lainnya.
  2. Safety
    (Rasa Aman). Yang dimaksud dengan kebutuhan rasa aman antara lain meliputi keamanan (security) dan proteksi (perlindungan) dari gangguan, baik gangguan yang bersifat fisik maupun emosional.
  3. Social (Sosial) atau Belongingness Needs. Kebutuhan sosial antara lain meliputi cinta kasih (affection), rasa memiliki, penerimaan sosial (acceptance) dan perkawanan (friendship).
  4. Esteem (Penghargaan). Kebutuhan akan penghargaan terdiri dari dua jenis, yaitu internal esteem (penghargaan internal) dan external esteem (penghargaan eksternal). Faktor penghargaan internal antara lain adalah self-respect (menghargai diri sendiri), autonomy (otonomi, yaitu kewenangan mengatur diri sendiri), dan prestasi (achievement). Sedangkan penghargaan eksternal merupakan kebutuhan penghargaan yang diberikan pihak eksternal pada seseorang, antara lain berupa status, pengakuan dan perhatian.
  5. Self-actualization (Aktualisasi Diri). Kebutuhan aktualisasi diri merupakan dorongan pada diri seseorang untuk menjadi orang yang capable (memiliki kemampuan handal), yaitu antara lain terkait dengan kebutuhan untuk berkembang (growth), pencapaian potensi diri maupun self fulfillment (pemenuhan keinginan diri sendiri). Kebutuhan aktualisasi diri pada teori kebutuhan Maslow ditempatkan pada strata tertinggi.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia memiliki hirarki atau tingkatan. Berdasarkan teori Maslow, manusia pada awalnya akan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar (basic needs). Selama kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, manusia akan kurang memperhatikan jenis kebutuhan lain yang stratanya lebih tinggi. Kalau seseorang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya, maka orang tersebut baru memikirkan kebutuhan akan rasa aman (safety), dan seterusnya. Teori hirarki kebutuhan Maslow digambarkan dalam piramida. Selanjutnya Maslow juga mengelompokkan 5 kebutuhan tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu:

  • Lower-order needs (kebutuhan tingkatan rendah), antara lain kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman.
  • Higher-order needs (kebutuhan tingkatan tinggi), antara lain: kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.

Menurut Maslow, lower order needs dipuaskan oleh pihak eksternal, seperti gaji, kontrak pekerjaan, dan jabatan. Sedangkan higher-order needs dipuaskan secara internal, yaitu dari dalam diri seseorang itu sendiri (within the person).

Budaya Organisasi

Budaya merupakan kombinasi yang bersifat kompleks antara asumsi, perilaku, sejarah, mitos, perumpamaan dan pemikiran lainnya yang saling sesuai dan berlaku di dalam suatu komunitas tertentu. Sedangkan budaya organisasi merupakan serangkaian pemahaman, seperti norma, nilai, sikap dan kepercayaan yang disebarkan oleh anggota organisasi. Terdapat tiga elemen dasar dari budaya, yaitu:
  1. Artifact atau artefak, yaitu sesuatu yang terlihat, terdengar dan dapat dirasakan ketika orang luar datang ke komunitas baru. Dalam kaitannya dengan budaya organisasi, yang dimaksud dengan artifact antara lain dapat berupa seragam karyawan, arsitektur bangunan, desain ruang kerja, seremonial organisasi, gosip karyawan, dsb.
  2. Espoused value atau nilai pendukung organisasi, yaitu alasan yang disampaikan oleh organisasi ketika melakukan sesuatu. Espoused value antara lain dapat dilihat dari visi, misi, strategi, tujuan dan filosofi organisasi.
  3. Basic underlying assumptions atau asumsi dasar, yaitu kepercayaan yang sifatnya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi dan seringkali tidak secara eksplisit terucapkan. Basic underlying assumptions merupakan elemen budaya organisasi yang paling sulit diobservasi. Asumsi dasar misalnya bagaimana pandangan pendiri, dan pemimpin perusahaan mengenai bisnis, sumberdaya manusia, apakah makna dari bekerja, bagaimana arti penting keluarga dan karir, dsb.

Ide Bisnis

Ide bisnis baru merupakan salah satu tahapan krusial dalam proses kewirausahaan. Pada proses kewirausahaan, ide bisnis berada pada tahap awal, yaitu pada tahap identifikasi dan evaluasi kesempatan. Terdapat 5 sumber ide, yaitu:

  1. Consumers (Konsumen). Entrepreneur dan pihak manajemen perlu memberikan perhatian kepada konsumen potensial (potential consumer). Konsumen sering kali melakukan komplain, memberikan saran maupun opini. Komplain, saran dan opini dari konsumen tersebut merupakan informasi berharga yang tidak hanya dapat digunakan untuk perbaikan dalam pelayanan, namun juga dapat digunakan untuk mengembangkan produk dan jasa baru atau bisnis baru.
  2. Existing Companies (perusahaan yang telah ada). Setiap entrepreneur dan intrapreneur wajib mengamati perkembangan persaingan bisnis kalau ingin bisnis yang dikelolanya tetap survive (bertahan) dan berkembang. Dengan melakukan proses monitoring dan evaluasi terhadap persaingan bisnis dan inovasi maupun terobosan yang dilakukan para pesaing, maka sering kali entrepreneur dan intrapreneur akan mendapatkan ide bisnis baru.
  3. Distribution Channels (saluran distribusi). Seringkali organisasi bisnis menggunakan jasa saluran distribusi dalam penyebaran dan penjualan produknya, misalnya lewat agen maupun distributor. Dalam hal ini, keterikatan atau kedekatan antara saluran distribusi dengan konsumen atau pasar dalam banyak kasus justru lebih dekat dibanding dengan pihak manajemen suatu perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen maupun entrepreneur perlu untuk menjalin komunikasi dengan saluran distribusi, termasuk untuk mendapatkan informasi berharga dalam upaya melakukan perbaikan kinerja maupun penemuan ide bisnis baru.
  4. Government (pemerintah). Pemerintah dapat menjadi sumber inspirasi untuk merumuskan ide bisnis baru. Entrepreneur dapat memanfaatkan kebijakan, regulasi dan publikasi dari pemerintah, misalnya master plan, peraturan baru atau informasi mengenai hak paten. Hak paten baru yang dipublikasikan pemerintah pasti mengandung unsur originalitas ide atau keaslian ide, walaupun seringkali hak paten tersebut diberikan tidak hanya pada produk yang benar-benar baru, namun juga inovasi baru terhadap produk yang sebenarnya telah ada. Publikasi hak paten tersebut dapat dijadikan sumber inspirasi bagi para entrepreneur untuk mencari ide bisnis baru.
  5. Research and Development atau R&D (penelitian dan pengembangan). Sebagian besar ide baru bagi entrepreneur berasal dari R&D yang dilakukan sendiri oleh inisiatif entrepreneur. Pada perusahaan yang besar biasanya memiliki bagian litbang yang dilengkapi oleh sarana laboratorium sehingga kegiatan R&D dapat dilakukan di laboratorium. Sedangkan bagi entrepreneur dengan skala UKM, kegiatan R&D dilakukan secara coba-coba dengan peralatan seadanya, misalnya di garasi, dapur, dsb.

Organisasi Bisnis dan Lingkungan

Kegiatan bisnis harus memperhatikan perkembangan lingkungan sekitar. Lingkungan organisasi terdiri dari beberapa elemen, antara lain konsumen, kompetitor atau pesaing, pers, dsb. Lingkungan organisasi merupakan semua elemen yang relevan dengan kegiatan operasional organisasi. Pada prinsipnya lingkungan eksternal organisasi terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) direct-action (lingkungan langsung) dan (2) indirect-action (lingkungan tidak langsung). Direct-action environment merupakan elemen dari lingkungan eksternal organisasi yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap aktivitas organisasi. Sedangkan indirect-action environment merupakan elemen dari lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi iklim aktifitas organisasi, namun tidak berpengaruh secara langsung pada organisasi. Berikut beberapa elemen lingkungan organisasi.
  1. Employees atau Karyawan. Karyawan merupakan orang yang bekerja untuk organisasi. Motivasi bekerja karyawan bervariasi, antara lain untuk mencari nafkah, mengejar status, mengejar karir, maupun aktualisasi diri.
  2. Shareholders dan BOD. Shareholders atau pemegang saham merupakan kelompok atau individu yang memiliki modal atau kapital dan diinvestasikan kepada organisasi bisnis. Sedangkan Board of Directors (BOD) atau Dewan Direksi merupakan pihak yang dipercaya oleh pemegang saham untuk mengelola kapital yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, BOD harus bertanggungjawab kepada pemegang saham.
  3. Customers atau Pelanggan. Customers adalah pengguna output dari perusahaan, baik berupa barang maupun jasa. Customers menukarkan sumberdaya yang dimilikinya, biasanya berupa uang, untuk ditukarkan dengan barang dan jasa. Ada 2 tipe konsumen, yaitu: (1) konsumen institusi, misal institusi sekolah, rumah sakit, lembaga pemerintah, perusahaan lain, serta (2) konsumen individu, misalnya rumah tangga.
  4. Suppliers atau Pensuplai. Pensuplai merupakan pihak yang menyediakan input perusahaan, antara lain berupa bahan baku (raw materials), jasa, energi, peralatan kantor dan ATK dan tenaga kerja. Organisasi bisnis pada prinsipnya melakukan proses transformasi dari input menjadi output. Inputnya antara lain berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin dan modal. Sedangkan outputnya berupa barang dan jasa yang akan dikonsumsi oleh konsumen.
  5. Pemerintah. Pemerintah berpengaruh terhadap organisasi bisnis karena pemerintah merupakan pembuat regulasi (ragulator), penentu kebijakan (policy maker), maupun pengawas (”wacthdog”).
  6. Special Interested Groups. Special Interested Groups adalah kelompok masyarakat yang terorganisasi dan menggunakan proses dan mekanisme politik untuk meningkatkan daya tawar atau posisi mereka pada isu-isu tertentu, misalnya LSM Gender, LSM tenaga kerja, dsb. Pada beberapa kasus, perusahaan membentuk consumer advocates (pembela konsumen), dimana berperan untuk menampung aspirasi konsumen agar tetap loyal dengan produk dan layanan perusahaan. Selain itu juga ada organisasi independen yang memposisikan diri untuk memperjuangkan kepentingan konsumen, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
  7. Media. Kegiatan ekonomi dan bisnis senantiasa mendapat perhatian dari media karena merupakan topik yang berdampak kepada banyak orang. Media atau pers antara lain adalah TV, radio, koran, majalah, tabloid, dsb. Organisasi bisnis seringkali juga menggunakan media masa untuk keperluan promosi atau iklan.
  8. Labor Unions atau Serikat Pekerja. Labor Union (Serikat Pekerja) merupakan organisasi yang dibentuk oleh internal karyawan maupun dibentuk secara independen oleh pihak di luar perusahaan, yang bertujuan menggalang kekuatan (collective bargaining) untuk menegosiasikan kesejahteraan karyawan, seperti gaji, kondisi lingkungan kerja (working conditions), jam kerja, dsb.
  9. Financial Institution atau Institusi Keuangan. Lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Lembaga keuangan terbagi dalam 2 kelompok, yaitu lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan non formal. Lembaga keuangan formal antara lain berupa bank, perusahaan asuransi, dsb. Sedangkan lembaga keuangan informal merupakan lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan, namun tidak berlandaskan kekuatan hukum. Di Indonesia, lembaga keuangan informal banyak beroperasi di pedesaan atau masyarakat kelompok bawah. Pada umumnya, prosedur dan perjanjian peminjaman relatif sangat cepat, sederhana dan berdasarkan perjanjian lisan atau tertulis yang sederhana.
  10. Competitors (Kompetitor) atau Pesaing. Kompetitor merupakan organisasi lain yang menjadi saingan karena memperebutkan pasar atau kegiatan yang relatif sama dengan kegiatan organisasi.
  11. Variabel Sosial. Sosial variables atau variabel sosial terdiri dari tiga kategori utama, yaitu: demografi, gaya hidup, dan nilai sosial. Faktor demografi antara lain adalah populasi, distribusi usia penduduk, tingkat pendidikan, gender, tingkat penghasilan, status sosial, dsb. Mengenai life style, pada prinsipnya gaya hidup antar kelompok memiliki perbedaan, misal: remaja vs dewasa, pria vs wanita, kota vs desa, keluarga besar vs keluarga kecil, dsb. Sedangkan nilai sosial sangat dipengaruhi oleh asal daerah dan karakteristik sosial budaya yang berbeda, misalnya budaya timur vs budaya barat, nasional vs multi nasional.
  12. Variabel Ekonomi. Economic variables atau variabel ekonomi, yaitu kondisi umum ekonomi yang berpengaruh pada aktivitas perusahaan, antara lain: produk domestik bruto (PDB), pendapatan per kapita, inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran, nilai tukar mata uang, dsb.
  13. Variabel Politik. Political variables atau variabel politik, yaitu isu politik, proses politik dan iklim politik yang mempengaruhi aktivitas organisasi. Kasus IPTN dan Mobil Timor merupakan contoh yang menunjukkan bahwa perkembangan politik dalam beberapa kasus memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu bisnis.
  14. Variabel Teknologi. Technological variables atau variabel teknologi, yaitu perkembangan teknologi yang mempengaruhi pengembangan produk, perubahan atau percepatan proses produksi dan bahan baku. Dalam penentuan desain suatu produk, dalam beberapa kasus ditentukan oleh dorongan teknologi (technology push), terutama pada produk yang bersifat high tech (teknologi tinggi), seperti komputer, sofware, hand phone, dsb. Selain technology push, juga terdapat pendekatan lain dalam penentuan desain produk, yaitu pendekatan market pull (tarikan pasar), yaitu untuk memenuhi customer need and want, serta interfunctional view (kombinasi), yaitu kombinasi antara market pull dan technology push.

Sabtu, 17 Mei 2008

Rekrutmen dan Seleksi

Pada prinsipnya, dalam rekrutmen dan seleksi perlu memegang falsafah “the right man in the right place”. Karyawan dengan talenta tinggi dan hasrat berprestasi tinggi apabila diberikan pekerjaan terlalu sederhana dapat menyebabkan karyawan tersebut mengalami demotivasi atau penurunan motivasi. Demikian pula sebaliknya, pimpinan tidak dapat mempercayakan pekerjaan yang terlalu berlebihan melebihi kapasitas dari karyawan kalau ingin karyawan tersebut berkinerja optimal.
Rekrutmen adalah proses penarikan sejumlah calon yang berpotensi untuk diseleksi menjadi karyawan pada posisi tertentu. Seringkali terdapat pengertian yang salah antara rekrutmen dan seleksi. Output dari proses rekrutmen adalah pelamar, yaitu terkumpulnya sejumlah pelamar atau calon karyawan pada jabatan tertentu yang prospektif. Selanjutnya, proses rekrutmen ditindaklanjuti dengan proses seleksi, yaitu proses yang dilakukan untuk memilih calon karyawan untuk jabatan tertentu yang paling memenuhi syarat untuk menduduki jabatan tertentu tersebut. Output dari proses seleksi adalah terpilihnya karyawan untuk mengisi jabatan lowong.
Dalam proses rekrutmen, perusahaan dapat menggunakan dua sumber, yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Pada sumber internal, perusahaan dapat mengumpulkan calon pengisi jabatan yang lowong dari internal perusahaan. Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan promotion from within, yaitu mengutamakan pengisian jabatan yang lowong dengan memprioritaskan promosi kepada karyawan internal perusahaan. Namun, sebenarnya mekanismenya tidak hanya promosi, tetapi juga rotasi dan demosi. Kalau promosi merupakan kenaikan jabatan, sedangkan rotasi adalah perpindahan jabatan pada level yang sama, dan demosi adalah penurunan jabatan.

Dalam memanfaatkan sumber internal, terdapat dua metode rekrutmen yang dapat dipergunakan, yaitu metode terbuka dan metode tertutup. Metode tertutup dapat dilakukan diantaranya dengan meminta manajer mengajukan atau menominasikan calon karyawan yang dapat dipromosikan. Manajer merupakan pihak yang tepat memberikan rekomendasi karena merupakan pihak yang mengetahui kinerja karyawan yang berada dibawah supervisinya. Metode terbuka dilakukan dengan cara job posting, dimana dilakukan pengumuman jabatan yang lowong sehingga semua karyawan yang memenuhi syarat dapat mengajukan diri.
Sedangkan pada sumber eksternal, perusahaan menggali pelamar dari lingkungan eksternal, misalnya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah (misal Departemen Tenaga Kerja), lembaga swasta penyedia tenaga kerja, dsb. Beberapa metode yang digunakan dalam rekrutmen menggunakan sumber eksternal antara lain:

  1. Walk-in and write-in (inisiatif pelamar). Dalam walk-in, pelamar berinisiatif mendatangi perusahaan untuk menanyakan ada tidaknya peluang atau lowongan pekerjaan yang cocok. Sedangkan write-in pelamar mengambil inisiatif mengirimkan surat lamaran meskipun perusahaan tidak sedang mengiklankan lowongan pekerjaan. Biasanya perusahaan akan menampung para pelamar tersebut. Apabila perusahaan sedang membutuhkan karyawan baru, maka pelamar-pelamar tersebut dapat menjadi salah satu sumber alternatif dalam proses rekrutmen. Dalam kondisi krisis ekonomi, dimana suplai tenaga kerja terlalu melimpah melebihi ketersediaan lapangan pekerjaan, maka fenomena walk-in dan write-in semakin banyak dijumpai.
  2. Employee referral (rekomendasi internal organisasi). Pendekatan ini dilakukan dengan memberdayakan karyawan internal organisasi untuk memberikan rekomendasi. Karyawan dapat mengusulkan keluarga atau rekanan yang cocok dengan tuntutan kebutuhan. Secara moral, karyawan yang merekomendasikan ikut bertanggungjawab tehadap kinerja dan perilaku orang yang direkomendasikan.
  3. Advertising (iklan). Pemasangan iklan selama ini menjadi sumber utama metode rekrutmen berbasis sumber eksternal pada sebagian besar perusahaan. Iklan dapat dilakukan melalui media televisi, media cetak (koran, majalah, dan tabloid), radio dan internet. Keuntungan metode ini adalah jangkauannya yang luas. Kelemahannya, terlalu banyak calon yang masuk dan tidak memenuhi kualifikasi.
  4. Lembaga pemerintah. Di Amerika Serikat, setiap negara bagian memiliki lembaga tenaga kerja yang disebut unemployment office yang bertugas mendata pencari kerja. Selanjutnya, apabila terdapat perusahaan yang mencari karyawan baru, maka akan difasilitasi atau dihubungkan dengan pencari kerja tersebut. Di Indonesia peranan ini dipegang oleh Departemen Tenaga Kerja.
  5. Professional search firms (perusahaan penyedia tenaga ahli). Pada saat ini di Indonesia mulai berkembang perusahaan yang bergerak di bidang jasa layanan penyedia tenaga profesional. Perusahaan ini dapat pula diminta bantuan untuk melakukan proses rekrutmen dan seleksi.
  6. Educational institution (lembaga pendidikan). Lembaga pendidikan, misalnya perguruan tinggi dan sekolah kejuruan, juga prospektif sebagai pensuplai tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
  7. Professional association (asosiasi profesi). Kita dapat jumpai berbagai lembaga profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Perhimpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), dsb. Lembaga tersebut juga dapat digunakan untuk mencari calon karyawan yang prospektif.
  8. Open house. Open house dilakukan dengan mengundang calon-calon potensial untuk mendengarkan informasi mengenai lowongan pekerjaan yang ditawarkan. Sebelumnya, biasanya perusahaan akan berupaya memaparkan visi, misi, budaya perusahaan, kinerja bisnis, gaya manajemen, dan informasi lainnya agar calon potensial mengetahui dan tertarik melamar kerja di perusahaan tersebut.

Mengenai seleksi, terdapat banyak versi proses seleksi. Pada kenyataannya memang setiap perusahaan menggunakan proses seleksi yang bervariasi meskipun prinsip-prinsipnya tetap memiliki kesamaan. Menurut William B Werther dan Keith Davis, berikut adalah alat dan tahapan seleksi yang dapat digunakan:

1. Preliminary reception of application (penerimaan pendahuluan)
2. Employment test (ujian penerimaan pegawai)
3. Selection interview (wawancara seleksi)
4. Referent and background check (pemeriksaan latar belakang dan referensi)
5. Medical evaluation (evaluasi kesehatan)
6. Supervisory interview (wawancara dengan supervisor)
7. Realistic job preview (penjelasan pekerjaan secara realistis)
8. Hiring decision (keputusan penerimaan)

Beberapa proses seleksi di atas pada prinsipnya untuk menggali KSAO dari pelamar, yaitu:
1. Knowledge (pengetahuan)
2. Skill (keterampilan)
3. Ability (kemampuan)
4. Others (lainnya), misalnya kepribadian, kesehatan, dsb.

Untuk mengevaluasi KSAO para calon, maka dapat dilakukan berbagai tes seperti: psychological test (tes psikologi), wawancara, tes kompetensi, intelligence test (tes intelegensia) dan medical test (tes kesehatan).

Strategi Adaptif

Konsep strategi adaptif adaptive strategies dikembangkan oleh Miles dan Snow. Strategi adaptif dikembangkan berbasis situasi yang dihadapi oleh perusahaan dalam suatu persaingan bisnis. Dalam model strategi adaptif terdapat empat jenis strategi, yaitu:

  1. Prospector strategy atau strategi prospektor, yaitu meliputi berani mengambil resiko, mencari peluang, melakukan inovasi dan pertumbuhan. Strategi ini cocok untuk kondisi lingkungan bisnis yang dinamis.
  2. Defender strategy atau strategi bertahan, yaitu menghindari perubahan, mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan pengurangan ukuran bisnis. Strategi ini cocok untuk lingkungan bisnis yang stabil dan industri yang sedang mengalami penurunan.
  3. Reactor strategy atau strategi reaktor, yaitu merespon lingkungan tanpa memiliki rancangan strategi yang bersifat jangka panjang. Perusahaan hanya bersifat reaktif dan berorientasi jangka pendek.
  4. Analyzer strategy atau strategi penganalisa, yaitu mempertahankan stablitas sambil melakukan inovasi yang bersifat terbatas. Strategi ini terletak diantara strategi prospektor dan strategi reaktor. Strategi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bukan menjadi pemimpin pasar (leader), tetapi follower. Dalam strategi ini, perusahaan akan mengikuti leader, namun juga melakukan inovasi yang tidak intensif sambil menunggu perkembangan industri.

Apakah ada jenis strategi lainnya? Para pakar manajemen mengembangkan beberapa model strategi bisnis. Jadi konsep yang dipaparkan Miles dan Snow bukanlah satu-satunya konsep strategi bersaing. Dalam aplikasinya, setiap organisasi bisnis dapat memilih model maupun jenis strategi yang diyakini sesuai dengan kondisi yang dihadapi.